Islam untuk Kaum Lemah dan Marginal

By Admin 28 Agu 2019, 08:17:40 WIB Agama
Islam untuk Kaum Lemah dan Marginal

Oleh : Lukman Hakim
Dalam diskursus ilmu-ilmu sosial ada istilah populer yang disebut shifting paradigm (pergeseran paradigma). Bergesernya paradigma dari yang lama ke yang baru sangat mungkin dan suatu keniscayaan. Dalam suatu diskusi Hasan Hanafi mengkritik sebagian umat Islam yang manganggap bahwa umat Islam itu one close moment in the history. Sikap ini terjadi karena yang diambil dari masa lalu adalah "produk"-nya bukan proses, cara berfikir atau metodologi dalam menghasilkan produk tersebut. Dengan demikian perlu adanya dekonstruksi "akal-akal'" Islam termasuk di dalamnya teologi klasik.

Menurut Arkoun memaknai "dekonstruksi" sebagai upaya membangun suatu wacana yang disertai dengan proses "rekonstruksi"-nya.Setelah mendeskripsikan sekaligus menganalisa secara singkat teologi-teologi klasik yang ada dalam literatur Islam, akan dilanjutkan dengan proses rekonstruksi teologi kontemporer yang digagas oleh Engineer lewat apa yang ia sebut dengan Teologi Pembebasan Islam . Poin terpenting dalam study pemikiran teologi pembebasan Islam adalah kontribusinya dalam pembentukan kesadaran historis masyarakat. Teologi harus berpihak dan mempunyai kekuatan pengubah. Dalam kontek ini keberpihakan teologi pembebasan adalah kepada mereka yang lemah, tertindas dan marjinal.

Ada beberapa pokok keyakinan yang menjadi landasan dasar pemikiran Engineer. Pertama, tentang hubungan akal dan wahyu. Menurut Engineer, "wahyu dan akal berfungsi komplementer, yang satu tidak akan komplit tanpa yang lain ". Kedua, pluralitas keagamaan. Engineer berpendapat bahwa pluralitas dan diversitas agama sangat positif dan sebaliknya sektarianisme keagamaan sebagai hal destruktif dan akan menggiring manusia pada "truth claim" (klaim kebenaran). Pluralitas keagamaan akan memperkaya kehidupan spiritual dan meningkatkan kreativitas manusia. Ketiga, tentang keberagamaan seseorang. Menurut engineer seseorang yang beragama sejati adalah mereka yang memiliki sensitifitas dan empaty terhadap penderitaan kelompok masyarakat lemah. Selain itu juga memiliki kepedulian terhadap adanya tatanan soial yang tidak adil.

Dalam rangka melihat teologi pembebasan Islam yang digagas Engineer secara utuh ada beberapa aliran teologi klasik yang dirujuk oleh Engineer antara lain Khawarij, Mu'azilah, Syi''ah dan Qaramithah. Menurutnya aliran-aliran ini pada tingkat tertentu mengumandangkan semangat liberasi, keadilan dan kebebasan berpikir. Namun sayangnya mereka juga terperosok ke dalam sikap-sikap intolerant, sewenang-wenang dan tidak menghargai pluralitas.Ada beberapa karakteristik teologi pembebasan Islam yang digagas Engineer.

  • Concern utamanya adalah tentang masalah-masalah yang ada di dunia dan baru kemudian masalah ukhrowi.
  • Melakukan perlawanan terhadap segala kekuatan yang pro-status quo.
  • Memiliki keberpihakan kepada kelompok wong cilik dan kaum proletar.
  • Teologi ini lebih banyak menekankan pada masalah praktis dari pada pemikiran-pemikiran abstrak-spekulatif.

Teologi pembebasan yang diformulasi oleh Engineer sumber inspirasinya lewat kitab suci dan perjuangan para Nabi, khususunya Nabi Muhammad saw. Engineer seakan ingin menunjukan bahwa Islam mempunyai ajaran-ajaran dinamis yang bisa digunakan sebagai sumber referensi untuk mengkonstruksi teologi pembebasan. Beberapa tema pokok yang perlu di redefinisi sehingga menjadi khas interpretasi teologi pembebasan yaitu Tauhid, Keadilan, Iman dan Kufur serta Jihad. Semangat teologi di atas mempengaruhi pemikiran Engineer tentang status perempuan dalam Islam. Baginya tidak ada konsep superior-inferior dalam Islam, yang ada adalah konsep egalitarian (kesetaraan). Jika terkesan ada konsep superior-inferior dalam teks kitab suci, itu harus diletakkan dalam rangka pernyataan kontekstual, bukan pernyataan normatif. Apa yang dimaksud pernyataan normatif merujuk pada sistem nilai dan prinsip-prinsip dasar dalam Al-Qur'an seperti prinsip persamaan, kesetaraan dan keadilan. Prinsip-prinsip ini bersifat eternal dan dapat diaplikasikan dalam pelbagai konteks ruang dan waktu.Untuk menjawab pertanyaan " Mengapa di dalam Al-Qur'an juga terdapat ayat-ayat yang mengindikasikan superioritas laki-laki atas perempuan ?". Menurut Engineer yang pertama-tama harus dilakukan adalah meletakan ayat-ayat tersebut ke dalam kategori ayat-ayat kontekstual yang bisa berubah seiring dengan berubahnya konteks ruang dan waktu. Hal kedua yang harus dilakukan adalah melihatnya dari konteks sosial ketika ayat tersebut diturunkan. Dengan demikian ayat-ayat tersebut hendaknya jangan dilihat melulu sebagai ekspresi pandangan teologis, tetapi juga ekspresi realitas sosiologis pada waktu itu.

Melihat konstruksi pemikiran Islam Engoneer, dapat ditarik beberapa hal yang menjadi karakteristik pemikirannya : Pertama, pemikiran Engineer dapat dikategorikan sebagai tekstualis-liberal. Dengan pendekatan ini ia hendak menegaskan bahwa Islam sangat peduli dengan persoalan keadilan, persamaan derajat dan gender equality. Kedua, dalam menafsirkan suatu teks, Engineer tidak melulu melihatnya dalam perspektif teologis, tetapi juga konteks sosiologisnya.




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook